29 February 2012

Glenohumeral Dislocation

Anatomi Fungsional Dan Biomekanik

a. Shoulder joint
Gerakan-gerakan yang terjadi digelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi costovertebral atas, sendi acromioklavikular, permukaan pergeseran scapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya.

Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet, dan sebagainya atas kerjasama yang harmonis dan simultan dengan seni-sendi lainnya.

Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya.

Beberapa karakteristik dari pada sendi bahu yaitu : perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala sendi tidak sebanding, kapsul sendinya relative lemah. Otot-otot pembungkus sendi relative lemah seperti otot supraspinatus, infraspinatus, teres minor, dan subscapularis, gerakan paling luas, tetapi stabilitas sendi relatif kurang stabil. Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya.


b. Kapsul sendi
Kapsul sendi terdiri atas dua lapisan :
1) Kapsul sinovial (lapisan bagian dalam)
Dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transfomator makanan ke tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali yang mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi.

2) Kapsul fibrosa
Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabilitas sendi, dan memelihara regenerasi kapsul sendi.

C. Ligamen dari Glenohumeral joint
Ada beberapa ligamen penting di bahu. Ligamen adalah struktur jaringan lunak yang menyambungkan tulang ke tulang. kapsul sendi adalah kantung yang kedap air yang mengelilingi sendi. Di bahu, kapsul sendi dibentuk oleh sekelompok ligamen yang menghubungkan humerus ke glenoidale. Ligamen ini adalah sumber utama stabilitas untuk bahu, mereka membantu memegang bahu di tempatnya dan menjaga dari dislokasi. Ligament ini adalah glenohumeral ligamen (GHL), dan ligamentum lain yang menghubungkan ke coracoid akromion adalah coracoacromial ligamentum (CAL). ligamentum ini dapat menebal dan menyebabkan Sindrom rotator. ligamen juga mengikat clavicula dan acromion di AC joint.dua ligament yang menghubungkan clavicula ke scapula dengan melekat ke prosesus coracoids adalah coracoclavicular ligamen (CCL).


Ligamen shoulder kompleks:
• CCL - coracoclavicular ligaments
• CAL - coracoacromial ligaments
• SGHL - Superior GlenoHumeral Ligament ligamentum
• MGHL - Muperior GlenoHumeral Ligament MGHL
• IGHL - Inferior GlenoHumeral Ligament IGHL

D. Ligamen dari Rotator Cuff
Tendon rotator cuff adalah lapisan berikutnya di shoulder joint. Tendon dan ligamen sangat mirip, kecuali bahwa tendon otot melekat ke tulang menggerakkan otot tulang dengan menarik pada tendon. Satu hal penting tendon yang bergerak melalui sendi bahu tendon biseps. Para tendon biseps sebenarnya dimulai pada bagian atas bahu soket (yang glenoid) dan kemudian lewat di depan bahu untuk menyambung ke otot bisep. tendon rotator cuff adalah kelompok empat tendon yang menghubungkan otot lapisan terdalam untuk humerus.


Tendon bahu:
Dari depan ke belakang:
• Subscapularis Subscapularis
• Biceps Tendon Biceps Tendon
• Supraspinatus Supraspinatus
• Infraspinatus Infraspinatus
• Teres Minor Teres minor

E. Otot shoulder

Ada 30 otot yang memberikan dukungan untuk gerakan dan bahu kompleks. 15 otot penggerak dan yang menstabilkan scapula, 9 otot untuk menggerakan sendi glenohumeral, dan 6 otot mendukung skapula pada toraks
Ada tiga kelompok penting otot-otot sekitar bahu:
1. 1. Otot (ekstrinsik):
• Otot deltoideus yang besar membentuk otot lapisan luar. Ini adalah yang terbesar, terkuat otot bahu. Kemampuan otot deltoideus mengambil alih mengangkat tangan setelah lengan menjauh dari samping.
• Pectoralis mayor menggerakan dan memberikan dukungan di depan bahu
2. 2. Otot (intrinsik):
• Manset rotator tendon melekat ke dalam otot manset rotator. 4 otot-otot ini yang terlibat dalam meningkatkan lengan dari samping dan memutar bahu dalam berbagai arah. Mekanisme manset rotator juga membantu menjaga stabil sendi bahu dengan memegang kepala humeri di glenoid soket. Otot-otot ini adalah: m. subskapularis, supraspinatus, infraspinatus dan teres minor.
3. 3. Otot (posterior):
Otot-otot ini berada di belakang bahu yang mengstabilkan dan menggerakkan skapula pada batang tubuh. Kelompok ini mencakup trapezius, rhomboids, m. levator scapulae, dan otot serratus anterior.



F. Bursa Shoulder

Bursa terjepit di antara otot manset rotator dan lapisan luar tebal besar otot adalah struktur yang dikenal sebagai bursa. Bursae di mana-mana di dalam tubuh. Mereka ditemukan di bagian tubuh mana pun yang bergerak melawan satu sama lain untuk mengurangi gesekan. Sebuah bursa hanyalah sebuah kantung antara dua permukaan yang bergerak yang berisi sejumlah kecil cairan pelumas.
Bayangkan sebuah bursa seperti ini: Jika Anda menekan tangan Anda bersama-sama dan geser mereka terhadap satu sama lain, Anda menghasilkan beberapa gesekan. Bahkan, ketika tangan Anda dingin Anda mungkin gosokkan mereka bersama-sama cepat untuk menciptakan panas dari gesekan. Sekarang bayangkan bahwa Anda pegang di tangan Anda kantong plastik kecil yang berisi beberapa tetes minyak salad. plastik ini akan membiarkan tangan Anda meluncur bebas terhadap satu sama lain tanpa banyak gesekan.

G. Saraf
aksila (ketiak) tepat di bawah sendi bahu.Tiga saraf utama mulai dari shoulder joint: n. radialis, n. ulnaris, dan n. medianus. Saraf ini membawa sinyal-sinyal dari otak ke otot-otot yang menggerakkan lengan. Saraf juga membawa sinyal kembali ke otak tentang sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan suhu.

H. Aliran darah
Travelling bersama dengan saraf adalah kapal-kapal besar yang mensuplai lengan dengan darah. A. aksilaris besar bergerak melalui aksila. Jika Anda menempatkan tangan di ketiak Anda, Anda mungkin dapat merasakan denyut arteri besar ini. A. aksilaris memiliki banyak cabang-cabang yang lebih kecil yang memasok darah ke berbagai bagian bahu. bahu memiliki suplai darah yang sangat kaya.

I. Kartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau.Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago.

2. Biomekanika sendi bahu
Ditinjau dari aspek gerak maka sendi bahu dapat dibagi menjadi dua, yaitu gerak secara osteokinematika dan arthrokinmeatika.

A. Gerakan osteokinematika
• Gerakan fleksi
Yaitu gerakan lengan ke depan, ke arah atas mendekati kepala, bergerak pada bidang sagital dan axisnya melalui pusat caput humeri dan tegak lurus bidang sagital. Otot penggerak utamanya adalah otot deltoid anterior dan otot supraspinatus dari 0 – 90 derajat, sedangkan untuk 90 – 180 derajat di bantu oleh otot pectoralis mayor, otot coracobrachialis, dan otot bicep brachii.
• Gerakan ekstensi
Yaitu gerakan lengan ke belakang yang menjauhi dari posisi anatomis, bergerak pada bidang sagital. Otot penggerak utamanya adalah latissimus dorsi dan teras mayor. Sedankan pada gerakan hiper ekstensi teres mayor tidak berfungsi lagi, hanya sampai 90 derajat dan digantikan fungsinya oleh deltoid posterior.
• Gerakan abduksi
Yaitu gerakan pada bidang frontal dengan axisnya horisontal. Otot penggerak utamanya adalah otot deltoid midle dan supraspinatur. Abduksi sendi bahu meliputi tiga fase, yaitu: abduksi 0o – 90o akan diikuti gerakan eksternal rotasi. Otot-otot yang berkerja pada fase ini adalah deltoid, seratus anterior, dan trapezius ascenden desenden. Gerakan ini dihambat oleh adanya tahanan peregangan dari latisimus dorsi dan pektoralis mayor. Abduksi 120o – 180o melibatkan otot deltoid, trapezius dan erector spine. Gerakan ini dikombinasikan abduksi, fleksi dan vertebra.
• Gerakan adduksi
Yaitu suatu gerakan yang merupakan kebalikan dari gerakan abduksi. Otot penggerak utamanya adalah pectoralis mayor dibantu oleh otot latisimus dorsi, teres mayor serta otot sub scapulari. Luas gerak sendinya pada bidang frontal.
• Gerakan abduksi horizontal
Yaitu gerakan lengan yang mendekati tubuh dalam posisi abduksi lengan 90° dan mencapai jarak gerak sendi 45° yang dimulai posisi anatomis.
• Gerakan adduksi horizontal
Yaitu gerakan lengan yang menjauhi tubuh dalam posisi abduksi lengan 90° dan mencapai jarak gerak sendi 145° yang dimulai posisi anatomis.
• Gerakan eksorotasi
Yaitu gerakan sepanjang axis longitudinal yang melalui caput humeri. Gerakan ini dilakukan oleh otot infraspinatus, teres mayor dan deltoid posterior.
• Gerakan endorotasi
Yaitu suatu gerakan yang merupakan kebalikan dari gerakan eksorotasi. Gerakan ini dilakukan oleh otot sub scapularis, pectoralis mayor, latisimus dorsi dan teres mayor.
• Gerakan sirkumduksi
Yaitu gerakan yang merupakan kombinasi dari semua gerakan di atas.



B.Gerakan arthrokinematika
Pada gerakan arthrokinmeatika meliputi dua gerakan roll dan slide. Roll adalah suatu gerakan sendi dimana perubahan jarak titik kontak pada suatu permukaan sendi sama besarnya dengan perubahan jarak titik kontak permukaan sendi lawannya. Sedangkan slide adalah suatu gerakan sendi dimana hanya ada satu titik yang selalu kontak dengan titik-titik yang selalu berubah pada permukaan sendi lawannya.
Pada sendi bahu meliputi :
• Pada gerakan endorotasi caput humeris roll searah dengan gerakan endorotasi dan slidenya ke posterior.
• Pada gerakan abduksi caput humeris roll searah dengan gerakan abduksi dan slidenya ke caudal.
• Pada gerakan eksorotasi caput humeris roll searah gerak eksorotasi dan slide ventral agak medial.


GLENOHUMERAL DISLOCATION

I. Definisi
Dislokasi glenohumeral adalah terpisahnya seluruh bagian yang membentuk sendi glenohumeral akibat rudapaksa/trauma. Hal tersebut terdapat dalam ICD X dengan kode S.43.0.
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral dapat terjadi pada bagian :
• anterior dan medial glenoid disebut sebagai dislokasi anterior
caput humeri bergeser ke medial dibawah processus coracodeus.
• Posterior disebut sebagai dislokasi posterior
caput humeri masih terletak dilateral tapi masih berada diposterior dalam fosa infraspinatus.
• di bawah glenoid disebut sebagai dislokasi inferior/ luksasi erecta

Dislokasi diklasifikasikan sebagai berikut :
a). Congenital
Congenital dislocation berhubungan dengan congenital deformities

b). Traumatic
Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
• Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut
dan pembengkakan di sekitar sendi.
• Dislokasi kronik
• Dislokasi berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.


II.Etiologi:

Dislokasi disebabkan oleh :

1.Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat
bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola
paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena
secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2.Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi

3.Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4. Patologis
terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang.

III.Gambaran klinik

Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah clavikula.

IV.Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta [dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid]

V.Prosedur Diagnosa
♦Klinis
• Anterior dislokasi :
- posisi menahan lengan atas adduksi (menempel pada sisi badan)
- deformitas bisa nampak langsung atau teraba
- ROM aktif/pasif menurun
- Catat status vascular/nervus
• Posterior dislokasi
- posisi lengan atas exorotasi dan slight abduksi
- teraba “kosong” pada region deltoid anterior
• Inferior dislokasi
- teraba caput di axial
- daerah kosong region deltoid

♦Radiologist
- X Ray pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid. Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.

- AP/lat dan axillary vie (rutin)
- Post. Dislokasi perlu CT scan
- Arteriografi/ EMG

VI.Komplikasi:
◦Komplikasi dini
- Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera , pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
- Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
- Fraktur disloksi

◦Komplikasi lanjut
- Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu ,terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral yang secara otomatis membatasi Abduksi
- Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
- kelemahan otot

VII.Terapi medika mentosa dan Reposisi

◦Reposisi
-MUA [ Manipulasi Under General Anastesi ]
-Hangin Arm Teknik
-Hipocratic Methode : handuk atau kain dililitkan di region axillaries penderita, fisioterapis melakukan traksi pada posisi semi abduksi lengan.
-Kocher : 4 manuver
 siku difleksikan 90° lakukan traksi sesuai dengan axis humerus
 humerus dirotasi internal.
 Selanjutnya humerus digeser kemedial (adduksi) didada penderita.
 Humerus dirotasi interna dengan memutar lengan bawah kedalam. Post reposisi dilakukan imobilisasi dengan seling 2 minggu.
-Eksternal Rotasi Metode :traksi pada humerus distal kemudian ekternal rotasi fore arm secara pelan-pelan.hentikan jika terjadinya nyeri

◦Terapi medika mentosa
Analgetik opioid diberikan untuk mengurangi nyeri dengan aktualitas tinggi. Suntikan intrarticular dan anastetik regional teknik telah dilaporkan sukses membantu dalam mereduksi dislokasi shoulder. Prosedural sedasi dan analgesi umumnya digunakan untuk memperoleh control nyeri yang adekuat dan relaksan otot untuk reduksi. Prosedural sedasi dan analgesi{PSA}yang digunakan Morphine dan midazolam memperlamlambat perawatan di department emergensi serta bebas komplikasi. [emedicene] Etomidate, fentanyl/midazolam, ketamine, atau propofol umumnya digunakan untuk PSA.

VIII. Program Rehabilitasi

Program Rehabilitasi secara umum terbagi menjadi Nonoperatif Manajemen dan Operatif manajemen.
a.Non operatif Rehabilatation
Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasi
sendi bahu, sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi. Menghindari
maneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakan
komponen penting dalam program rehabilitasi.
Minggu 0-2  Hindari provokatif posisi, termasuk eksternal rotasi, Abduksi,dan
Distrak.
Immobilisasi tergantung umur.
▪ > 20 tahun :: 3 sampai 4 minggu
▪ 20-30 tahun :: 2 sampai 3 minggu
▪ > 30 tahun :: 10 hari sampai 2 minggu.
▪ > 40 tahun :: 3 sampai 5 hari
Program dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedur rehabilitasi yang telah ditetapkan.

b. Operatif Treatment


Tujuan utama rehabilitasi adalah
- Menjaga integritas stabilitasi bedah kore
- Memulihkan ROM fungsional secara full
- Meningkatkan stabilitas Dynamik
- Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga.

ASSESMENT FISIOTERAPI

• Anamnesis umum diarahkan untuk menggali informasi yang berhubungan identitas dan pekerjaan klien serta hobby pasien dan khusus untuk menggali penyebab dan mekanisme cedera serta keluhan subjektif klien pada saat pemeriksaan.
• Inspeksi dilakukan mulai Os masuk ruangan terapi dan diamati dari ventral, lateral, posterior,
Hasil:akan nampak ada rata [flattening ] pada area sekitar otot deltoid jika pada shoulder yang belum direposisi.,cek pembengkakan pada Wrist dan bahu,cek otot bahu/atropi.
• Pemeriksaan fungsi gerak dasar
Aktif test:mengetahui kekuatan otot gerak aktif pada semua bidang gerak shoulder.
Pasif test:mengetahui ROM pada gerak pasif dan end feel.
-shoulder abduksi :: inferior capsule
-shoulder internal rotasi :: posterior capsule
-shoulder eksternal rotasi :: anterior capsule
-shoulder horizontal abduksi :: posterocaudal capsule
 Test isometric :Untuk mengetahui kontraksi isometric yang akan menggambarkan ada tidaknya gangguan otot.

• Pemerikasaan Khusus:
a. Apprehension test untuk mengetahui adanya dislokasi anterior shoulder: Pemeriksa mengabduksikan disertai gerakan rotasi external shoulder secara perlahan. Pada test yang positif ditandai dengan alarm atau mimik muka yang enggan melakukan gerakan lebih lanjut. Test ini harus dilakukan secara pelan untuk menghindari dislokasi yang berulang.
b. Test ROM untuk mengetahui lingkup gerak sendi bahu
c. Muscle power test terutama kelompok otot rotator cuff
d. Test sensasi untuk mengungkap adanya komplikasi neurology
e. .Tes circumferential
f. JPM: jika memungkinkan
g. Scala nyeri dengan VAS
h. Diagnosa Fisioterapi: Gangguan fungsional Bahu akibat dislokasi glenohumeral
i. Pemerikasaan tambahan spesifik X-rays
DIAGNOSA FISIOTERAPI
“ Gangguan Aktifitas Fungsional Akibat post dislokasi glenohumeral”

PROBLEMATIK FISIOTERAPI
a. Nyeri gerak
b. Keterbatasan ROM
c. Kelemahan otot
d. Gangguan ADL
e. Advance Aktivitas/Atlet



TUJUAN FISIOTERAPI

- Jangka pendek
a. Mengurangi Nyeri gerak
b. Meningkatkan ROM
c. Meningkatkan kekuatan otot
d. Meningkatkan fungsi ADL
e. Memperbaiki power,endurance dan persiapan aktivitas normal
- Jangka panjang
Meningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.

PELAKSANAAN FISIOTERAPI

No Problematik FT Modalitas Terpilih Tujuan Dosis
1 . Nyeri gerak
IFC Mengurangi nyeri :: 3x seminggu, contra planar, 15 mnt, 1: 30 mA

2. Metabolisme elastisitas
HFC Meningkatkan elastisitas jaringan 5- 10 x lebih baik T: 10 menit, I: Submitis,
3XSeminggu

2 Keterbatasan ROM
Exercise therapy Meningkatkan ROM 1x setiap hari, tahanan sedang, AAROMEX, PROMEX, 9 X REPETISI

3 Kelemahan otot
Strengthening therapy Isometrik exc{ Safety } 1 x setiap hari, toleransi pasien, kontak langsung, 9 X REPETISI

4 Gangguan ADL
Latihan ADL Meningkatkan fungsi ADL 1 x setiap hari, toleransi pasien, kontak langsung, 10 mnt

5 Power dan Endurance koordinasi gerak Advance exc, PNF, Plyometric Arm exercise 3x seminggu, 1-3 set, 20-30 x repetisi


Sumber : http://novieanie.blogspot.com/2010_06_01_archive.html

0 comments:

Post a Comment

Silahkan beri komentar sobat di bawah ini!
Komentar sobat akan sangat bermanfaat bagi kemajuan blog ini! :D Jangan lupa follow blog ini juga ;)
Mohon untuk tidak menggunakan nama ANONIM!
No SPAM !!!