PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Makhluk
hidup senantiasa melakukan kegiatan yang membutuhkan energi. Dengan demikian
setiap makhluk hidup membutuhkan input berupa zat yang masuk dalam tubuh
seperti makanan, minuman, dan oksigen yang kemudian akan dilanjutkan menjadi
output, yaitu zat sisa yang dapat terbuang dan keluar dari tubuh berupa
keringat, urin, maupun feses.
Pengeluaran sisa zat dalam tubuh
bergantung pada pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan elektrolit lain
dilingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada
pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang dihasilkan oleh sel pada saat
melakukan berbagai reaksi.
Metabolisme pada tubuh manusia akan menghasilkan produk berupa
zat-zat yang tidak diperlukan lagi.
Salah satu bentuk zat yang dihasilkan sebagai produk metabolisme tersebut dalam
bentuk cairan yakni urin. Zat tersebut bila tidak dikeluarkan dari tubuh akan
berdampak buruk bagi kesehatan tubuh manusia. Untuk itu diperlukan suatu sistem
yang dapat mengeluarkan zat hasil metabolisme tersebut dari lingkungan internal
tubuh.
Sistem uropoetika merupakan sistem yang
berperan dalam pengaturan konsentrasi cairan yang berupa urin tersebut di dalam
tubuh manusia. Sistem uropoetika tersusun atas ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra yang dimana bagian-bagian
ini berperan dalam homeostasis baik sebagai penghasil, penyaring, maupun
saluran yang dilewati urin yang nantinya akan diekskresikan sebagai sisa
metabolisme tubuh menuju luar tubuh.
Sebagai organ utama sistem uropoetika,
ginjal berperan dalam homeostasis secara lebih ekstensif dibandingkan dengan
organ-organ ekskresi lainnya. Ginjal mengatur komposisi elektrolit, volume dan
pH lingkungan internal dan mengeliminasi hampir semua zat sisa metabolisme
kecuali karbondioksida yang dilakukan oleh sistem respirasi. Ginjal melakukan
fungsi pengaturan ini dengan mengeliminasi zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh melalui urin.
Mengingat pentingnya ginjal dan
komponen-komponen lainnya yang tercakup dalam sistem uropoetika tersebut
sebagai landasan tujuan maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut
mengenai sistem uropoetika.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sistem Uropoetika
Sistem
uropoetika adalah sistem yang digunakan untuk mengontrol volume dan komposisi
cairan dalam tubuh (Ganong, 2008). Sistem uropoetika adalah sistem yang
mengatur cairan dalam tubuh manusia (Sherwood, 2001). Sistem uropoetika merupakan sistem
pengeluaran yang berperan dalam pengaturan konsentrasi dan volume
cairan dalam tubuh yang berupa urin dan keringat. Sistem uropoetika merupakan
sistem pengeluaran yang berperan dalam pengaturan konsentrasi dan
volume cairan dalam tubuh yang berupa urin dan keringat.
B. Komponen-komponen Sistem Uropoetika
Pada sistem uropoetika, beberapa
organ-organ tubuh ikut berperan dalam pembentukan urine. Organ-organ tersebut
antara lain adalah :
1.
Ginjal
Ginjal merupakan organ yang terpenting
dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Ginjal adalah suatu
organ yang dibungkus oleh kapsula jaringan pengikat fibrosa tipis yang terletak pada rongga
abdomen, retroperitonial primer kiri dan kanan kolumna vertebralis, dikelilingi
oleh lemak dan jaringan ikat dibelakang peritonium. Ginjal berjumlah 2 buah
yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput
tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna
ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan
lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut
yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri
dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing piramid
dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.
Batas atas ginjal kiri setinggi iga
ke-11, ginjal kanan setinggi iga ke-12, batas bawah ginjal kiri setinggi
vertebrata lumbalis ke-3. Tiap-tiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar
5-7 cm, tebal 2,5 cm. Ginjal giri lebih panjang dari pada ginjal kanan, berat
ginjal pada laki-laki dewasa 150-170 gram,wanita dewasa 115-155 gram.
Pada ginjal terdapat nefron-nefron yang
merupakan bagian pengolah darah sebelum menjadi urine. Nefron terdiri atas
segmen corpusculum malpighi -yang
didalamnya ada bangunan glomerulus dan kapsulla bowman-, tubullus kontortus
distal, tubullus kontortus proksimal, dan ansa henle. Semua bangunan itu
terdapat di pars konvulata, kecuali ansa henle yang terdapat pada pars radiata
korteks renalis (Anonim, 2009)
2. Ureter
Merupakan saluran penghubung antara
parenkhim ginjal dan vesica urinaria. Ureter terdiri dari dua buah saluran,
masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria),
panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm, mempunyai 3 jepitan di sepanjang
jalan. Piala ginjal berhubungan dengan ureter, menjadi kaku ketika melewati
tepi pelvis dan ureter membungkus kandung kemih.
Lapisan ureter terdiri dari:
A.
Dinding
luar jaringan ikat (jaringan fibrosa).
B.
Lapisan
tengah (otot polos).
C.
Lapisan
sebelah dalam (mukosa).
Ureter mulai berjalan ke bawah
melalui rongga abdomenmasuk kedalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara
kedalam sebuah posterior kandung kemih (Anonim, 2009).
3. Vesica
urinaria
Vesica urinaria adalah organ yang
bekerja sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir. Vesika
urinaria (kandung kemih) terletak tepat dibelakang os pubis(simfisis pubis di
dalam rongga panggul). Pada bagian ini
terdapat daerah segitiga yang dibentuk antara dua lubang ureter dan uretra
disebut trigonum vesica urinarius.
4.
Uretra
Uretra merupakan sebuah saluran
yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang luar. Uretra merupakan alur
sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan fungsinya menyalurkan urine
keluar. Uretra dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang
melapisi vesica urinaria. Pada
wanita, uretra lebih pendek daripada pria. Panjang ureter pada wanita kira-kira
2,5 sampai 3,5 sentimeter, dan pada pria sekitar 17 sampai 22,5 sentimeter
(Anonim, 2009).
C. Fungsi Sistem Uropoetika
a.
Membuang
sisa metabolisme :
1.
Sisa
metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.
2.
Racun-racun/Toxins
3.
Obat-obat/Drugs
b.
Pengaturan
homeostasis :
1.
Keseimbangan
air
2.
Elektrolit
3. Keseimbangan
asam-basa darah
4. Tekanan darah
5. Produksi darah merah
6. Mengaktifkan vitamin
D
D.
Mekanisme Kerja Sistem Uropoetika
Pada
saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan
tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300 ml) makam reseptor
pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi musculus detrussor. Pada
bayi, berkemih terjadi secara involunter dan dengan segera. Pada orang dewasa,
keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia menemukan waktu dan tempat yang
cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka
akan memberikan rasa sakit.
Dengan
demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi relaksasi musculus
pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan
beberapa kejadian dengan urutan sebagai berikut :
1.
Membukanya
meatus intemus
2.
Erubahan
sudut ureterovesical
3.
Bagian
atas urethra akan terisi urine
4.
Urine
bertindak sebagai iritan pada dinding urine
5.
Musculus
detrussor berkontraksi lebih kuat
6.
Urine
didorong ke urethra pada saat tekanan intraabdominal meningkat
7.
Pembukaan sphincter extemus
8.
Urine
dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Penghentian
aliran urine dimungkinkan karena
musculus pubococcygeus yang bekerja di bawah pengendalian secara volunteer:
1.
Musculus
pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir
2.
Vesica
urinaria tertarik ke atas
3.
Urethra
memanjang
4.
Musculus
sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.
Apabila
musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus kejadian seperti
yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara otomatis
.
E. Mekanisme Pembentukan Urin
1.
Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi
darah terjadi di glomerulus. Jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat
untuk menahan komponen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam
vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan
komposisi air. Zat hasil penyaringan ini disebut filtrat glomerulus (urine
primer) yang mengandung air, glukosa, garam, urea, asam amino, asam urat.
Proses penyyaringan ini desebabkan karena adanya tekanan – tejana darah dan
penyempitan dan pengembangan arteriole aferen. (Guyton,2008).
2.
Penyerapan ( absorsorbsi)
Tubulus proksimal merupakan organ yang bertanggung
jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Pada umumnya
tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas
dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi
sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. (Frandson,2003).
3.
Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi
)
Penyerapan kembali sebagian besar terhadap glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Dipengaruhi oleh hormon dan zat
yang di reabsorpsi berubah sesuai dengan keperluan tubuh. Volume urin manusia
hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan
direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi
yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa
sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin
(Sherwood,2001).
4. Sekresi
Tubulus
ginjal dapat mensekresi atau menambah zat ke dalam cairan filtrasi selama
metabolisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar. Namun pH darah dan
cairan tubuh dapat dipertahankan sekitar 7,4 (alkalis). Sel tubuh membentuk
amoniak yang bersenyawa dengan asam kemudian disekresikan sebagi amonium supaya
pH darah dan cairan tubuh tetap alkalis.
F. Refleks
Berkemih
Ketika kandung kemih terisi banyak urine, tekanan
kandung kemih menjadi lebih tinggi. Sinyal sensorik dari resptor kandung kemih
dihantarkan ke segmen saklar medula spinalis melalui nervus parasimpatik. Bila
kandung kemih terisi, kontraksi berkemih secara spontan berelaksasi. Beberapa
detik otot detrusor berhenti berkontraksi dan turun kembali ke garis basal.
- Perangsangan berkemih
Refleks
berkemih (refleks medula spinalis) bersifat automatik, tetapi dihambat atau
dirangsang oleh pusat dalam otak. Pusat dalam otak antar lain:
A.
Pusat
perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terletak di pons varoli.
B.
Bebrapa
pusat yang terletak di korteks serebal, terutama bekerja sebagai penghambat
tetapi tetap dalam menjadi perangsang.
G.
Transpor
urine pada berkemih
Urine
mengalir dari duktus koligentes masuk ke kalik renalis, merenggangkan kaliks
renalis, meningkatkan aktivitasnya, yang kemudian mencetuskan kontraksi
peristaltik menyebar ke pelvis renalis kemudian turun sepanjang ureter. Dengan
demikian mendorong urine dari pelvis renalis kearah kandung kemih. Dinding
ureter terdiri dari otot polos dan dipersafi oleh saraf simpatik, kontraksi
peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsang para simpatis dan dihambat
oleh perangsangan simpatis.
H. Faktor
yang Mempengaruhi Jumlah Urin
1.
Intake
air
2.
Temperatur
3.
Diet
4.
Keadaan
mental dan fisik
5.
Aktivitas
(Anonim, 2009).
I. Komponen
Urin Normal
Urin
normal antara lain mengandung :
1.
Ureum
Merupakan
senyawa hasil akhir metabolisme protein pada mamalia
2.
Ammonia
Hanya
terdapat sedikit pada urin, menyebabkan bau pada urin
3.
Creatin
dan Creatinin
Merupakan
hasil pemecahan caratin.
4.
Asam
urat
Merupakan
hasil akhir oksidasi urin di dalam tubuh
5.
Asam
amino, Alantoin, Chloride, Sulfat, Oxalate, Mineral, serta vitamin, hormon dan
enzim (Anonim, 2009).
J. Hubungan
antara Sistem Uropoetika dengan Homeostasis
Sistem
uropoetika memegang peran penting dalam mengatur keseimbangan cairan dalam
tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Sedangkan, kelangsungan
hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan
konsentrasi cairan, garam, elektrolit, serta asam basa yang ada di dalam tubuh
(Sherwood,2001).
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem
uropoetika merupakan sistem yang memiliki peranan dalam mengatur konsentrasi
cairan urin di dalam tubuh manusia. Sistem uropoetika terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra. Bagian
tersebut berperan dalam homeostasis baik sebagai penghasil, penyaring,
maupun saluran yang dilewati urin yang
nantinya akan diekskresikan sebagai sisa metabolisme tubuh menuju luar tubuh.
Ginjal merupakan organ utama yang berperan dalam homeostasis secara lebih
ekstensif dibandingkan dengan organ ekskresi lain dan dapat mengeliminasi
zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urin.
Pada
sistem uropoetika, organ-organ seperti ginjal, ureter, uretra tubuh ikut
berperan dalam pembentukan urine. Fungsi dari uropoetika dapat mengatur
homeostasis dan membuang sisa metabolisme. Dalam proses pembentukan urin
terdapat beberapa tahap yaitu filtrasi, absorbsi, reabsorbsi dan sekresi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Premedical Science in Homeostatic setting.
Praktikum Biokimia Komposisi Urin, 2nd
Ed. Surakarta : UMS. Pp.34-37
Cunningham,J. 2002. Teksbook of
Veterinary Physilogy. Philadelpia : WB Saunders
Frandson, R. 2003. Anatomy and
Physiology of Farm Animals 6th Ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Ganong,
W. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta : EGC
Guyton,
A. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. In : Textbook
of Medical Physiology, 9th
Ed. Jakarta : EGC
Sherwood,
L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem.2nd Ed. Jakarta
: EGC. pp.461 & 502