22 June 2016

UROPOETIKA

PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
            Makhluk hidup senantiasa melakukan kegiatan yang membutuhkan energi. Dengan demikian setiap makhluk hidup membutuhkan input berupa zat yang masuk dalam tubuh seperti makanan, minuman, dan oksigen yang kemudian akan dilanjutkan menjadi output, yaitu zat sisa yang dapat terbuang dan keluar dari tubuh berupa keringat, urin, maupun feses. 
            Pengeluaran sisa zat dalam tubuh bergantung pada pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan elektrolit lain dilingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi.
Metabolisme pada  tubuh manusia akan menghasilkan produk berupa zat-zat yang tidak  diperlukan lagi. Salah satu bentuk zat yang dihasilkan sebagai produk metabolisme tersebut dalam bentuk cairan yakni urin. Zat tersebut bila tidak dikeluarkan dari tubuh akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh manusia. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat mengeluarkan zat hasil metabolisme tersebut dari lingkungan internal tubuh.
Sistem uropoetika merupakan sistem yang berperan dalam pengaturan konsentrasi cairan yang berupa urin tersebut di dalam tubuh manusia. Sistem uropoetika tersusun atas ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra yang dimana bagian-bagian ini berperan dalam homeostasis baik sebagai penghasil, penyaring, maupun saluran yang dilewati urin yang nantinya akan diekskresikan sebagai sisa metabolisme tubuh menuju luar tubuh.
Sebagai organ utama sistem uropoetika, ginjal berperan dalam homeostasis secara lebih ekstensif dibandingkan dengan organ-organ ekskresi lainnya. Ginjal mengatur komposisi elektrolit, volume dan pH lingkungan internal dan mengeliminasi hampir semua zat sisa metabolisme kecuali karbondioksida yang dilakukan oleh sistem respirasi. Ginjal melakukan fungsi pengaturan ini dengan mengeliminasi zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urin.
Mengingat pentingnya ginjal dan komponen-komponen lainnya yang tercakup dalam sistem uropoetika tersebut sebagai landasan tujuan maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai sistem uropoetika.

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Definisi Sistem Uropoetika
Sistem uropoetika adalah sistem yang digunakan untuk mengontrol volume dan komposisi cairan dalam tubuh (Ganong, 2008). Sistem uropoetika adalah sistem yang mengatur cairan dalam tubuh manusia (Sherwood, 2001). Sistem uropoetika merupakan sistem pengeluaran  yang berperan dalam pengaturan konsentrasi dan volume cairan dalam tubuh yang berupa urin dan keringat. Sistem uropoetika merupakan sistem pengeluaran  yang berperan dalam pengaturan konsentrasi dan volume cairan dalam tubuh yang berupa urin dan keringat.

B.  Komponen-komponen Sistem Uropoetika
Pada sistem uropoetika, beberapa organ-organ tubuh ikut berperan dalam pembentukan urine. Organ-organ tersebut antara lain adalah :
1.      Ginjal
Ginjal merupakan organ yang terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Ginjal adalah suatu organ yang dibungkus oleh kapsula jaringan pengikat  fibrosa tipis yang terletak pada rongga abdomen, retroperitonial primer kiri dan kanan kolumna vertebralis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat dibelakang peritonium. Ginjal berjumlah 2 buah yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.
Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke-11, ginjal kanan setinggi iga ke-12, batas bawah ginjal kiri setinggi vertebrata lumbalis ke-3. Tiap-tiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,5 cm. Ginjal giri lebih panjang dari pada ginjal kanan, berat ginjal pada laki-laki dewasa 150-170 gram,wanita dewasa 115-155 gram.
Pada ginjal terdapat nefron-nefron yang merupakan bagian pengolah darah sebelum menjadi urine. Nefron terdiri atas segmen corpusculum malpighi -yang didalamnya ada bangunan glomerulus dan kapsulla bowman-, tubullus kontortus distal, tubullus kontortus proksimal, dan ansa henle. Semua bangunan itu terdapat di pars konvulata, kecuali ansa henle yang terdapat pada pars radiata korteks renalis (Anonim, 2009)
2.      Ureter
Merupakan saluran penghubung antara parenkhim ginjal dan vesica urinaria. Ureter terdiri dari dua buah saluran, masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm, mempunyai 3 jepitan di sepanjang jalan. Piala ginjal berhubungan dengan ureter, menjadi kaku ketika melewati tepi pelvis dan ureter membungkus kandung kemih.
Lapisan ureter terdiri dari:
A.    Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa).
B.     Lapisan tengah (otot polos).
C.     Lapisan sebelah dalam (mukosa).
Ureter mulai berjalan ke bawah melalui rongga abdomenmasuk kedalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara kedalam sebuah posterior kandung kemih (Anonim, 2009).
3.      Vesica urinaria
Vesica urinaria adalah organ yang bekerja sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir. Vesika urinaria (kandung kemih) terletak tepat dibelakang os pubis(simfisis pubis di dalam rongga panggul).  Pada bagian ini terdapat daerah segitiga yang dibentuk antara dua lubang ureter dan uretra disebut trigonum vesica urinarius.


4.      Uretra
Uretra merupakan sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang luar. Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan fungsinya menyalurkan urine keluar. Uretra dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi vesica urinaria. Pada wanita, uretra lebih pendek daripada pria. Panjang ureter pada wanita kira-kira 2,5 sampai 3,5 sentimeter, dan pada pria sekitar 17 sampai 22,5 sentimeter (Anonim, 2009).

C.  Fungsi Sistem Uropoetika
a.      Membuang sisa metabolisme :
1.      Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.
2.      Racun-racun/Toxins
3.      Obat-obat/Drugs
b.      Pengaturan homeostasis :
1.      Keseimbangan air
2.      Elektrolit
3.   Keseimbangan asam-basa darah
4.   Tekanan darah
5.   Produksi darah merah
6.   Mengaktifkan vitamin D

D.    Mekanisme Kerja Sistem Uropoetika
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300 ml) makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka akan memberikan rasa sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan sebagai berikut :
1.      Membukanya meatus intemus
2.      Erubahan sudut ureterovesical
3.      Bagian atas urethra akan terisi urine
4.      Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
5.      Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
6.      Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intraabdominal meningkat
7.       Pembukaan sphincter extemus
8.      Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong

Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus yang bekerja di bawah pengendalian secara volunteer:
1.           Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir
2.           Vesica urinaria tertarik ke atas
3.           Urethra memanjang
4.           Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara otomatis
.
E.  Mekanisme Pembentukan Urin
1.    Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi darah terjadi di glomerulus. Jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Zat hasil penyaringan ini disebut filtrat glomerulus (urine primer) yang mengandung air, glukosa, garam, urea, asam amino, asam urat. Proses penyyaringan ini desebabkan karena adanya tekanan – tejana darah dan penyempitan dan pengembangan arteriole aferen. (Guyton,2008).
2.    Penyerapan ( absorsorbsi)
Tubulus proksimal merupakan organ yang bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Pada umumnya tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. (Frandson,2003).
3.    Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )
Penyerapan kembali sebagian besar terhadap glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Dipengaruhi oleh hormon dan zat yang di reabsorpsi berubah sesuai dengan keperluan tubuh. Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin (Sherwood,2001).
4.    Sekresi
Tubulus ginjal dapat mensekresi atau menambah zat ke dalam cairan filtrasi selama metabolisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar. Namun pH darah dan cairan tubuh dapat dipertahankan sekitar 7,4 (alkalis). Sel tubuh membentuk amoniak yang bersenyawa dengan asam kemudian disekresikan sebagi amonium supaya pH darah dan cairan tubuh tetap alkalis.
F.   Refleks Berkemih
Ketika kandung kemih terisi banyak urine, tekanan kandung kemih menjadi lebih tinggi. Sinyal sensorik dari resptor kandung kemih dihantarkan ke segmen saklar medula spinalis melalui nervus parasimpatik. Bila kandung kemih terisi, kontraksi berkemih secara spontan berelaksasi. Beberapa detik otot detrusor berhenti berkontraksi dan turun kembali ke garis basal.
  1. Perangsangan berkemih
Refleks berkemih (refleks medula spinalis) bersifat automatik, tetapi dihambat atau dirangsang oleh pusat dalam otak. Pusat dalam otak antar lain:
A.    Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terletak di pons varoli.
B.     Bebrapa pusat yang terletak di korteks serebal, terutama bekerja sebagai penghambat tetapi tetap dalam menjadi perangsang.

G.    Transpor urine pada berkemih
Urine mengalir dari duktus koligentes masuk ke kalik renalis, merenggangkan kaliks renalis, meningkatkan aktivitasnya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik menyebar ke pelvis renalis kemudian turun sepanjang ureter. Dengan demikian mendorong urine dari pelvis renalis kearah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersafi oleh saraf simpatik, kontraksi peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsang para simpatis dan dihambat oleh perangsangan simpatis.

H.  Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Urin
1.    Intake air
2.    Temperatur
3.    Diet
4.    Keadaan mental dan fisik
5.    Aktivitas (Anonim, 2009).
I.     Komponen Urin Normal
Urin normal antara lain mengandung :
1.    Ureum
Merupakan senyawa hasil akhir metabolisme protein pada mamalia
2.    Ammonia
Hanya terdapat sedikit pada urin, menyebabkan bau pada urin
3.    Creatin dan Creatinin
Merupakan hasil pemecahan caratin.
4.    Asam urat
Merupakan hasil akhir oksidasi urin di dalam tubuh
5.    Asam amino, Alantoin, Chloride, Sulfat, Oxalate, Mineral, serta vitamin, hormon dan enzim (Anonim, 2009).

J.    Hubungan antara Sistem Uropoetika dengan Homeostasis
Sistem uropoetika memegang peran penting dalam mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Sedangkan, kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan konsentrasi cairan, garam, elektrolit, serta asam basa yang ada di dalam tubuh (Sherwood,2001).

 PENUTUP

Kesimpulan
Sistem uropoetika merupakan sistem yang memiliki peranan dalam mengatur konsentrasi cairan urin di dalam tubuh manusia. Sistem uropoetika terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra. Bagian tersebut berperan dalam homeostasis baik sebagai penghasil, penyaring, maupun saluran  yang dilewati urin yang nantinya akan diekskresikan sebagai sisa metabolisme tubuh menuju luar tubuh. Ginjal merupakan organ utama yang berperan dalam homeostasis secara lebih ekstensif dibandingkan dengan organ ekskresi lain dan dapat mengeliminasi zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urin.
Pada sistem uropoetika, organ-organ seperti ginjal, ureter, uretra tubuh ikut berperan dalam pembentukan urine. Fungsi dari uropoetika dapat mengatur homeostasis dan membuang sisa metabolisme. Dalam proses pembentukan urin terdapat beberapa tahap yaitu filtrasi, absorbsi, reabsorbsi dan sekresi.
  
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Premedical Science in Homeostatic setting. Praktikum Biokimia      Komposisi Urin, 2nd Ed. Surakarta : UMS. Pp.34-37
Cunningham,J. 2002. Teksbook of Veterinary Physilogy. Philadelpia : WB   Saunders
Frandson, R. 2003. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th Ed. Philadelphia            : Lippincott Williams & Wilkins
Ganong, W. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Guyton, A. 2008.  Buku ajar Fisiologi Kedokteran. In : Textbook of Medical           Physiology, 9th Ed. Jakarta : EGC

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.2nd Ed. Jakarta : EGC.     pp.461 & 502